oleh : Syaikh Abdullah bin Ibrahim al-Qar’awi hafizhahullah
Dalam salah satu risalahnya, Syaikh berkata :
فإن حاجة العبد إلى التوحيد كحاجته إلى النَّفَس. فقلب لا توحيد صحيح فيه لا روح فيه
Sesungguhnya kebutuhan setiap hamba kepada tauhid adalah laksana kebutuhan dirinya kepada jiwa/nyawa. Maka suatu hati yang tidak menyimpan tauhid yang benar di dalamnya adalah seperti tubuh yang tidak mempunyai ruh.
لقوله عز وجل: ﴿ أَوَ مَن كَانَ مَيْتاً فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُوراً يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ﴾
Hal ini berdasarkan firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), ” Apakah orang yang mati kemudian Kami hidupkan kembali lalu Kami berikan kepadanya cahaya sehingga dia bisa berjalan dengannya di antara manusia sama seperti keadaan orang seperti dirinya yang terjebak di tengah kegelapan dan tidak sanggup keluar darinya.”
وقال عز وجل: ﴿ وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحاً مِّنْ أَمْرِنَا مَا كُنتَ تَدْرِي مَا الكِتَابُ وَلاَ الإِيمَانُ وَلَكِن جَعَلْنَاهُ نُوراً نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشـاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴾
Allah ‘azza wa jalla juga berfirman (yang artinya), “Demikianlah Kami telah wahyukan kepadamu ruh dari perintah Kami, sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apa itu al-Kitab dan iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan ia sebagai cahaya yang dengan itu Kami berikan petunjuk kepada siapa saja yang Kami kehendaki diantara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau -Muhammad- benar-benar membimbing kepada jalan yang lurus.”
فهو الأصل والأساس، والصلاة وإن كانت هي عمود الإسلام فمع ذلك لم تفرض إلاَّ بعد الأمر بالتوحيد بنحو عشر سنين
Oleh sebab itu tauhid ini merupakan pondasi dan asas agama, sholat walaupun ia merupakan tiang dari Islam meskipun demikian ia tidaklah diwajibkan kecuali setelah turunnya perintah tauhid ini selama kurang lebih sepuluh tahun lamanya…